Terima Kasih atas Kunjungan Anda

Kamis, 06 Oktober 2011

Pengorganisasian

PENGORGANISASIAN

Konsep Dasar Pengorganisasian
Dalam proses pengorganisasian, manager mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan suatu kerangkah kerja organisasi tertentu. Kerangka kerja organisasi tersebut disebut sebagai desain organisasi (Organizational Design). Bentuk Spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur  organisasi (Organizational Structure). Struktur Organisasi pada dasarnya merupakan desain organisasi dimana manager melakukan alokasi sumber daya organisasi, Terserta bagaimana keseluruhan kerja tersebut dapat dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Jika dalam fungsi perencanaan,tujuan dan rencana ditetapkan, maka dalam pengorganisasian rencana tersebut diturunkan dalam sebuah pembagian kerja tertentu dalam sebuah struktur organisasi dimana didalam nya terdapat kejelasan bagaimana rencana organisasi akan dilaksanakan,dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Secara iluktratif, struktur organisasi bisa digambarkan sebagai bahan organisasi (Organizational Chart).
Seperti ditunjukkan pada Gambar  1.0

Organization Chart
Gambar 1.0

Empat Pilar Dalam Pengorganisasian
Sebagaimana dikemukakan Oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), ada empat pilar (building blocks) yang menjadi dasar untuk melakukan proses pengorganisasian, keempat pilar tersebut adalah pembagian kerja (division of work), pengelompokkan pekerjaan (departementaliztion), penentuan relasi antarbagian dalam oganisasi (hierarchy), serta penentuan mekanisme untuk mengintregrasikan aktivitas antarbagian dalam organisasi atau koodinasi (coordination).
Pilar Pertama: Pembagian Kerja (Division of Work)
Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan tentunya telah ditentukan. Keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang telah direncanakan tersebut tentunya perlu disederhanakan guna mempermudah bagaimana pengimenpletasiannya. Upaya untuk menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks  menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan ditugaskan untuk setiap kegiatan yang sederhana  dan spesifik tersebut dinamakan sebagai pembagian kerja dapat (division of work).Sebagai contoh, dalam bisnis restoan, pembagian kerja dapat berupa pembagian kerja untuk dapur, pelayanan pelanggan di meja makan, kasir, dan lain sebagainya. Kadangkala pembagian kerja ini juga dinamakan dengan pembagian tenaga kerja (division of labor), akan tetapi saat ini penggunaan pembagian kerja  lebih banyak digunakan karena pada dasarnya yang dibagi-bagi adalah pekerjanya, bukan orang-orangnya. Adapun orang-orang merupakan pihak yang ditugaskan untuk ditunjuk untuk menjalankan setiap pekerjaan yang telah dibagi-bagi tersebut. Proses pembagian kerja dari keseluruhan menjadi lebih spesifik tau lebih sederhana dan detail dinamakan pula dengan spesialisasi pekerjaan atau job specialization. Keseluruhan pekerjaan tersebut diturunkan atau dibagi-bagi berdasarkan kriteria tertentu yang lebih spesifik.

Pilar Kedua: Pengelompokkan Pekerjaan (Departmentalization)
Setelah pekerjaan dispesifikkan, maka kemudian pekerjaan-pekerjaan tersebut dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu sejenis. Sebagai contoh, untuk bisnis restoran, pencatatan menu, pemberitahuan menu kepada bagian dapur,hingga pengiriman makanan dari bagian dapur kepada pelanggan dimeja makan bisa dikelompokkan menjadi satu departemen tertentu, katakanlah bagian pelayan. Adapun penerimaan bon pembayaran, pencatatan dalam mesin kasir, pencatatan penerimaan dan pengeluaran uang, dapat dikelompokkan menjadi departemen atau bagian keuangan misalnya. Begitu pula untuk jenis bisnis lainnya. Proses pengelompokkan dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan menurut kriteria tertentu disebut departmentalization.
Ilustrasi kedua pilar di atas dapat dilihat pada Gambar 1.1



















Text Box: Bagian Keuangan
Text Box: Bagian Pelayanan
Text Box: Bagian Dapur
 


                                                                                                      Contoh pekerjaan-pekerjaan
                                                                                                      Yang akan dilakukan dalam
                                                                                                       Bisnis restoran













 









                                                                                                                             Proses Job
                                                                                                                                     Departmentalizon
Proses job
Specislization/
Division of work

















 





Gambar 1.1 Proses Pembagian Kerja dan Pengolompokkan Kerja



Pilar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Oganisasi (Hierachy)
Setelah pekerjaan telah dikelompokkan atau didepartemenkan, kita mungkin bertanya-tanya berapa banyak pekerjaan yang perlu dikelompokkan untuk setiap bagian atau departemen, dan kemudian berapa banyak orang kelompok yang perlu ada dibawah suatu bagian atau departemen? Berdasarkan Gambar 1.1, kita mungkin dapat bertanya, apakah untuk setiap departemen (keuangan, pelayanan, dan dapur) terdapat bagian lain, atau apakah ada bagian lain selain departemen atau bagian di atas? Siapakah yang menjadi atasan atau pemimpin bagi setiap departemen tersebut? Pertanyaan – pertanyaan tersebut membawa kita pada pilar ketiga dari proses pengorganisasian, yaitu proses penentuan hierarki atau relasi anatarbagian dalam suatu organisasi. Ada dua konsep penting dalam proses penentuan hierarki ini, yaitu span of management control dan chain of command. Span of management contrpl terkait dengan jumlah oang atau bagian dibawah suatu departemen yang akan bertanggung  jawab kepada departemen atau bagian tertentu. Sebagai contoh, jika kita kembali menggunakan contoh bisnis restoran tersebut di atas, barangkali kita dapat betanya lebih jauh, apakah ada bagian di atas ketiga departemen atau bagian tersebut? Atau juga apakah ada bagian dibawah setiap departemen? Jika ada, berapa bagian atau berapa orang? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dilihat dalam Gambar 1.2
Text Box: Kepala Restoran                                                                                   
Atasan yang mengoordinasikan







Text Box: Bagian Keuangan
Text Box: Bagian Pelayanan
Text Box: Bagian dapur
 

                                                                                                                      Memerlukan

                        1orang                    2orang                          3orang
                                                                                                 Bawahan yang
                                                                                                                Membantu
Gambar 1.2 Penentuan Hierarki dari Organisasi Bisnis Restoran

Berdasarkan Gambar 1.2 maka dapat diketahui bahwa untuk 3 bagian yang telah ditentukan semula, diperlukan 1 bagian sebagai atasan atau di atas 3 bagian yang ada, dan untuk tiap-tiap bagian tersebut diperlukan beberapa orang yang ditempatkan dibawahnya atau sebagai bawahan yang membantu, yaitu 1 orang untuk bagian keuangan, 2 orang untuk bagian dapur, dan 3 orang untuk bagian pelayanan. Jumlah bagian di atas atau di bawah suatu departemen maupun jumlah orang-orang yang akan ditempatkan sangat bervariasi, tergantung dari jenis organisasi yang dijalankan.
Jika penentuan span of  management control atau penentuan hierarki telah ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan chain of command, yang menjelaskan bagaimana batasan kewenangan dibuat dan siapa dan bagian mana akan melapor kebagian mana. Chain of command juga menunjukkan garis perintah dalam sebuah organisasi dari hierarki atas hingga hierarki yang paling tinggi misalnya hingga hierarki yang paling rendah.
Batasan kewenangan, bagian mana akan bertanggung jawab kepada bagian lainnya, serta garis perintah dari hierarki atas hingga hierarki bawah, ditunjukkan pada Gambar 1.3 berikut ini.
 




                    1orang                                           3orang                                   2orang







 


                          Chain of
Text Box: Pelayan 3                       Command


Gambar 1.3 Contoh Chain Of Command dari Organisasi Bisnis
Berdasarkan Gambar 1.3 dapat diketahui bahwa pelayan 1, pelayan 2, dan pelayan 3 mewakili batas kewenangan dalam pekerjaan di bagian pelayanan, dan tidak berwenang untuk melakukan pekerjaan di bagian keuangan atau dapur. Dan setiap pelayan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian Pelayanan. Demikian pula untuk bagian-bagian lainnya, bagian keuangan, pelayanan, dan dapur bertanggung jawab kepada Kepala Restoran menyangkut berbagai tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya.
Dalam penentuan hierarki organisasi melalui penentuan span of management control dan chain of command, manajer perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan jenis hierarki yang bersifat horizontal (flat hierarchy) atau vertical (tall heriarchy). Hierarki horizontal adalah bentuk struktur organisasi yang bagian-bagian organisasinya banyak kesamping, dan meminimalkan jumlah subbagian atau departemen. Adapun hierarki vertical meminimalkan bagian-bagian organisasi ke samping secara horizontal, dan memperbanyak subbagian atau departemen secara vertical.
Secara diagram jenis hierarki ini dapat dilihat dalam Gambar 1.4 berikut ini.








 








                      Hierarki Vertikal                                           Hierarki Horizontal
Gambar 1.4 Hierarki Vertikal dan Horizontal
Dalam hierarki vertical, setiap bagian memiliki kewenangan dan tanggung jawab yang relative terbatas pada bagian tertentu yang telah ditentukan, dan tanggung jawab yang banyak dalam suatu organisasi cenderung untuk didelegasikan pada bagian di bawahnya. Demikian juga untuk setiap bagian dibawahnya, kelebihan dari bentuk hierarki vertical ini adalah bahwa para penanggung jawab di setiap departemen atau bagian tak terlalu banyak dibebani subdepartemen atau subbagian yg banyak ,sehingga dalam hal koordinasi relative dapat dilakukan secara lebih cepat karena bagian yag dikoordinasikan relatif sedikit .
Namun bentuk hierarki ini memiliki kelemahan dalam hal pengambilan keputusan yg bersifat keseluruhan .utk bias mengambil keputusan bagi keseluruhan organisasi dri bagian terbawah dari organisasi ,misalnya ,akan memerlukan proses yg relatif lebih lama ,karena misalnya persoalan muncul dri organisasi G dan berdampak pada keseluruhan organisasi sehingga A perlu mengambil keputusan.Pengambilan keputusan ini paling tidak akn melalui 3tahap,yaitu persoalan G akan diputuskan di D,dan kemudian dri D akan diputuskan di C,dan terakhir baru diputuskan di A.

Pilar Keempat: Koordinasi (Coordination)

Koordinasi (coordination) sebagaimana menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) pada dasarnya adalah the process of intergrating the activities of sparate departments in order to pursue organizational goals effectively. Koordinasi adalah proses dalam mengintregasikan seluruh aktivitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai efektif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cenderung hanya membawa misi masing-masing bagian. Salah satu yang paling mudah mengenai koordinasi adalah antara bagian pemasaran dan bagian keuanagan. Agar tingkat penjualan meninggkat, maka bagian pemasaran mengusulkan untuk menaikkan biaya promosi. Di sisi lain,bagian keuangan mencatat bahwa biaya perusahaan semestinya diefisienkan.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Struktur Organisasi

Sebagaimana diterangkan sebelumnya, desain dan struktur organisasi sangat bersifat situasional. Terdapat empat factor yang mempengaruhi struktur organisasi, yaitu factor strategi, skala perusahaan, tekhnologi, serta lingkungan.

Strategi Organisasi
Masalah utama yang dihadapi oleh organisasi agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai adalah bagaimana organisasi tersebut sebaiknya distrukturkan. Pilihan struktur yang tepat belum tentu menjamin kesuksessan dalam pencapaian tujuan, akan tetapi bisa meninggkatkan kemungkinan sukses dalam pencapaian tujuan. Startegi organisasi dibuat sebagai upaya pencapaian tujuan organisasi, oleh karena itu, jika struktur organisasi dibentuk sebagai jalan untuk pencapaian tujuan, maka struktur organisasi pun selayaknya sejalan dengan strategi organisasi.

Skala Organisasi
Organisasi dapat dibedakan skalanya menurut berbagai factor, di antaranya adalah dari jumlah penjualan, pangsa pasar, hingga jumlah tenaga kerja. Organisasi yang berskala besar artinya organisasi tersebut barangkali memiliki berbagai cabang di berbagai daerah dikarenakan pangsa pasarnya yang luas, dan dengan demikian memiliki tenaga kerja yang tidak sedikit. Namun tanpa cabang pula, organisasi dapat berskala besar ketika tenaga kerja yang dimilikinya berjumlah ribuan seperti pabrik-pabrik garmen penghasil produk-produk konveksi. Organisasi yang berskala kecil dengan demikian biasanya memiliki jumlah tenaga kerja yang sedikit, dikarenakan pangsa pasar yang barangkali masih sedikit, jumlah penjualan atau produksi yang juga sedikit.
Organisasi yang berskala kecil biasanya memiliki struktur organisasi yang lebih sederhana, dan tidak terlalu banyak terjadi pendelegasian wewenang dan pekerjaan, sedangkan organisasi yang besar karena ruang lingkup aktivitasnya yang luas, maka memerlukan pendegelasian pekerjaan dan wewenang sehingga dalam mendesain struktur organisasinya pun perlu mempertimbangkan berbagai factor yang terkait dengan aktivitas yang luas tersebut.

Teknologi
Factor teknologi yang dimaksudkan di sini adalah terkait dengan cara bagaimana sebuah produk dari sebuah organisasi bisnis dihasilkan atau juga dengan cara bagaimana pekerjaan dilakukan. Di sisi lain factor teknologi juga terkait dengan penggunaan alat-alat bantu dalam sebuah organisasi. Jika sebuah organisasi misalnya mengerjakan proses produksinya  dengan sebuah mesin maka perlu ada bagian khusus yang tidak saja bertanggung jawab dalam memastikan apakah pekerjaan dibagian yang menggunakan mesin tersebut senantiasa berjalan, akan tetapi juga tetap memastikan bahwa mesin tersebut dapat berfungsi dan berjalan sebagaimana mestinya sehingga pekerjaan yang semestinya dilakukan tidak terbengkalai.

Lingkungan
Lingkungan yang dinamis menuntut organisasi juga untuk menyesuaikan diri secara dinamis. Proses penyesuaian yang dilakukan oleh organisasi juga termasuk dalam penentuan struktur organisasinya. Lingkungan yang dinamis akan mendorong organisasi untuk selalu  menyesuaikan struktur organisasi dengan tuntutan lingkungan yang senantiasa berubah. Sebaliknya, lingkungan organisasi yang cenderung statis tidak akan terlalu banyak mengubah struktur organisasi.

Beberapa Pendekatan Dalam Proses Departementalisasi

Merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah dikategorikan berdasarkan factor-faktor tertentu. Dalam mendesain organisasi, khususnya dalam proses departementalisasi sebagaimana diuraikan di muka, ada beberapa pendekatan yang bias digunakan oleh organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkan pelanggan, berdasarkan geografis, dan berdasarkan matriks.

Pendekatan Fungsional
Berdasarkan pendekatan ini, proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi bisnis misalnya, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi produksi, ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan pelanggan atau pasar, sehingga dinamakan dengan fungsi pemasaran, dan lain sebagainya. Pada Gambar 1.5 ditunjukkan contoh sebuah desain organisasi melalui departementalisasi yang dibentuk berdasarkan pendekatan fungsional.















Text Box: Manager Produksi



Text Box: Manager Pergudangan
Text Box: Pelatihan & Pengembangan




Text Box: Rekrutmen & Seleksi


 






Functional
Departmentalization













 



Gambar 1.5 Contoh Departementalisasi  Berdasarkan Fungsi
Pendekatan Produk
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh organisasi. Sebagai contoh, jika kita tambahkan informasi dari contoh dalam Gambar 1.5 bahwa PT ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk susu, sabun mandi, pasta gigi hingga mie instan, maka dibawah bagian produksi dapat juga dibuat subbagian sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.6 berikut ini.



 













                                                   Product Departmentalization
Gambar 1.6 Contoh Deaprtmentalasi Berdasarkan Produk
    Pada pelaksanaanya, departemtalisasi berdasarkan produk ini tidak selalu harus berada di bawah bagian tertentu dalam struktur organisasi tertentu, akan tetapi juga dapat dibuat tersendiri dalam suatu organisasi. Seperti misalnya ditunjukkan dalam Gambar 1.7.


                    


 










Gambar 1.7 Departementalisasi Berdasarkan Produk

Pendekatan Pelanggan
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan karekteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan  dari organisasi. Sebagai contoh,  jika produk sabun mandi dari PT ABC di atas ternyata tidak hanya satu, tetapi ada sabun mandi untuk bayi, anak, remaja, dan dewasa, maka bentuk desain organisasi dapat dibuat sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1.8 berikut ini.


 







                                             Customer Departmentalization

                            Gambar 1.8 Departementalisasi Berdasarkan Pelanggan         
Pendekatan Geografis
Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis dimana organisasi beroperasi. Jika PT ABC memiliki daerah penjualan di empat daerah, missalnya Jakarta, Bandung, Makassar, dan Medan, maka desain organisasi yang dapat dibentuk adalah sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1.9 berikut ini.
Text Box: Manager Pemasaran PT ABC                                                           


 


Text Box: MedanText Box: MakassarText Box: BandungText Box: JakartaText Box: Bagian PromosiText Box: Bagian Penjualan                                                                                                     






 



                                                         Geographic Departmentalization
Gambar 1.9 Departementalisasi Berdasarkan Goegrafis

Pendekatan Matriks
Pendekatan  ini pada dasarnya merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan antara pendekatan departementalisasi fungsional dangan pendekatan lain, misalnya berdasarkan proyek tertentu, produk tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya. Setaip pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam kenyataannya juga merupakan bagian dari sebuah proyek tertentu atau bagian pekerjaan yang lain dari perusahaan. Jika kita kembali menggunakan Contoh PT ABC tersebut di atas, dan melakukan penyesuaian desain organisasinya menjadi bentuk matriks, maka desain organisasi yang dapat dibuat adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1.10 berikut ini.




                                                                                           




 



Text Box: Mie InstanText Box: Pasta GigiText Box: Sabun MandiText Box: Susu    Profit Project







Gambar 1.10 Departementalisasi Berdasarkan Matriks

Pendekatan Mana yang Lebih Baik
Setiap pendekatan tentunya memiliki berbagai kelebihan sekaligus keterbatasannya. Pendeklatan fungsional misalnya, memberikan kemudahan bagi organisasi untuk membagi-bagi pekerjaan berdasarkan fungsi-fungsi yang harus dilakukan dalam organisasi bisnis. Namun di sisi lain, pendekatan fungsional agak menyulitkan organisasi ketika misalnya terdapat perbedaan kepentingan antarbagian yang berbeda. Bagian Pemasaran yang bermaksud untuk menaikkan biaya promosi misalnya dapat konflik dengan bagian keuangan, atau juga dengan bagian SDM yang menerima tuntutan pegawai untuk kenaikkan gaji. Kelemahan dari pendekatan fungsional ini bisa diselesaikan dengan pendekatan produk misalnya. Di setiap produk misalnya terdapat berbagai subbagian fungsional seperti Pemasaran, Produksi, dan lain-lain yang dengan demikian konflik antarbagian dapat dihindari. Namun, pendekatan ini juga belum tentu sesuai ketika misalnya organisasi memiliki cabang-cabang di berbagai daerah, atau organisasi tersebut bukan berupa organisasi bisnis. Bagi organisasi nonprofit misalnya, pendekatan berdasarkan produk belum tentu cocok, dan cenderung justru tidak efektif.
Sebagai kesimpulan setiap pendekatan memilki keterbatasan sekaligus kelebihannya. Oleh karena itu penggunaanya juga sangat situasional dengan berbagai factor yang dimiliki dan dihadapi oleh organisasi.


Struktur Organisasi Formal Dan Informal
Struktur organisasi yang dihasilkan melalui keseluruhan proses tersebut kerap dikenal sebagai struktur organisasi formal. Struktur organisasi formal inilah yang dijadikan panduan bagi seluruh anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal dalam upaya pencapaian tujuan. Dalam kenyataannya, beberapa bagian atau para pekerja seringkali mengelompokkan diri tidak hanya berdasarkan funsi yang harus dilaksanakannya sesuai dengan struktur organisasi yang telah dibuat, akan teteapi juga dapat mengelompokkan diri berdasarkan kesamaan tuntutan, hobi, dan lain sebagainya. Kelompok-kelompok pekerja ini sering kali dinamakan dengan organisasi  informal. Seorang manager yang baik akan tetap  memerhatikan dan mengkomodasi berbagai karakteristik pekerjaannya termasuk dengan adanya fenomena organisasi informal tersebut. Dalam kondisi tertentu, organisasi informal tersebut dapat membantu manager dalam mencapai tujuan organisasi. Namaun, jika tuntutan organisasi informal ternyata tidak diakomodasi dengan baik, organisasi informal ini akan menyebabkan konflik internal yang akan menghambat pencapaian tujuan organisasi.

















Ringkasan
  • Pengorganisasian pada dasarnya merupakan proses pengalokasian sumber daya yang dimiliki oleh organisasi berdasarkan suatu desain organisasi tertentu.
  • Desain organisasi menggambarkan suatu struktur organisasi tertentu.
  • Terdapat empat pilar utama dalam melakukan proses pengorganisasian, yaitu pembagian kerja (division of work), pengelompokkan pekerjaan (departmentalization), penentuan relasi antarbagian dalam organisasi (hierarchy), serta penentuan mekanisme untuk mengintregasikan aktivitas antarbagian dalam organisasi atau koordinasi (coordination).
  • Ada 3 faktor yang memengaruhi struktur organisasi, yaitu strategi organisasi, skala organisasi, dan pilihan teknologi.
  • Terdapat 5 pendekatan  dalam melakukan departementalisasi dalam desain organisasi. Kelima pendekatan tersebut adalah dalam mendesain organisasi, khususnya dalam proses departementalisasi diuraikan dimuka, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkan pelanggan, berdasarkan geografis, dan berdasarkan matriks.
  • Organisasi informal merupakan potensi laten yang jika ditangani dengan baik dapat memberikan sisi positif bagi pencapaian tujuan organisasi, akan tetapi jika tidak terakomodasi dengan baik dapat menyebabkan konflik internal organisasi yang akan menghambat pencapaian tujuan organisasi.











DAFTAR PUSTAKA

Handoko, T. Hani 1999. Manajemen .BPFE - Yogyakarta
Stoner, James A. F 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga - Jakarta
Erni Tisnitawati Sule & Kurniawan Saefullah 2005. Pengantar Manajemen. Kencana Prenada               Media Group - Jakarta





















Kata Pengantar

Puji syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya bagi kami melalui menuliskan setetes dari lautan ilmu-Nya ke dalam makalah sederhana ini. Shalawat serta salam kami tujukan kepada suri tauladan kami, Nabi Muhammad SAW beserta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Akhirnya, kami berharap makalah ini menjadi kontribusi positif yang tak ada hentinya, tak henti untuk melahirkan berbagai inovasi, dan tak henti untuk memberikan inspirasi kepada orang lain untuk juga memberikan kontribusi yang jauh lebih baik dari kami, serta menjadi bahan pertimbangan bagi Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen untuk memberikan nilai kepada Kelompok 2.
Medan, 24 September 2011

Kelompok 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar